Rabu, 26 Mei 2010

10 TAHUN KOMUNITAS PERUPA PINTU MATI SOLO

Perjalanan kreatif  berkesenian ( seni rupa ) pada rentangan sepuluh tahun, bila dipandang dari sisi perjalanan waktu cukuplah panjang-betapa tidak- perjalanan ini  berawal dari rembugan kecil-kecilan beberapa mahasiswa seni rupa yang kebetulan FKIP UNS yang berkeinginan pameran lukisan secara kelompok yang rencananya akan digelar di Taman Budaya Surakarta. Rupanya, mereka bingung ketika sebuah kelompok yang akan berpameran belum punya nama kelompok. Seseorang, pada suatu hari datang kerumah saya untuk dialog soal nama kelompok. Mereka sudah menemukan nama yaitu PINTU, nama itu menarik sekali karena di Yogyakarta kalau tidak salah ingat ada kelompok perupa yang bernama JENDELA, yang waktu itu mereka sempat pameran di Solo. Kemudian saya menambahkan kata MATI, yang kalau digabung menjadi PINTU MATI, Ide penamaan PINTU MATI tersebut, muncul saat saya mendengar Iwan Fals mendendangkan lagu Orang-orang kalahnya SWAMI. Spontan, ide itu diterima oleh teman-teman dan mantaplah kelompok tersebut bernama PINTU MATI. Saya meyakinkan kepada mereka, bahwa para perupa ( khususnya mahasiswa seni rupa FKIP UNS ) haruslah berani mengadakan perlawanan kreatif, terhadap pedasnya krirtikan, bahwa seni rupa FKIP itu mandul, mati, tidak kreatif dan sebagainya. Pelukis Widayat, juga sempat bertanya : Wo, FKIP UNS ana seni rupane to?. Kami semua terperangah, kalau begitu ada apa ini? Ternyata, memang belum dikenal luas, seperti sekarang ini. Nama PINTU MATI menjadi spirit untuk mendobrak kemacetan, kemampatan bahkan kematian kreativitas  dilingkungan seninrupa UNS. Kemudian, nama itu juga menjadi spirit agar para perupa yang masuk dikomunitas ini, selalu membikin pintu-pintu kreatif, agar ruh seni rupa dalam jiwa anggota tidak mengalami mati.Nah, perkara orang bilang nama PINTU MATI tidak hockey, seram, berbau teater, menutup hidup dan hanya mikir mati, itu tak menjadi soal.Yang jelas, secara maknawi PINTU MATI mengandung spirit, agar ruh tidak mati, dan selalu membuat pintu-pintu kreatif. Walau untuk kesana perlu mati-matian, ini terbukti sepuluh tahun, alhamdulillah masih eksis.( fajar sutardi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar