Senin, 28 Juni 2010

PINTU MATI DALAM SATU DASAWARSA



Sepuluh tahun, umur yang bisa dibilang tidak sedikit meskipun juga belum dianggap cukup matang. Dalam waktu yang 10 tahun tersebut, pintu mati sebuah kounitas Seni Rupa di Kota Solo, mencoba untuk memberikan warna bagi tempat kelahirannya pada yang pameran kali ini mengambil tema “Kakawin Kawin”. Diadaptasi dari salah satu puisi W.S Rendra berpusat pada seluk beluk perempuan. Apa itu perempuan, siapakah dia, dimana saja letak dan apa saja kiprahnya. Sampai sejauh mana perannya dalam mengemban tugas kodratinya serta beragam pernak pernik yang ada disekelilingnya.

PENGARUH DARI BALIK LAYAR
Perempuan, banyak sudut pandang yang menarik darinya sejak hawa diciptakan, tak lepas peran dan pengaruh ditebarkan.
Dunia penuh warna dan dinamika,meluncur bersama dengan waktu. Ini terjadi diantaranya baik langsung atau tidak disebabkan oleh daya tarik perempuan. Waktu selalu membentuk garis lurus yang tak mungkin ketemu titik awalnya, pelan ,pasti dan kejam sebagai partner lelaki, perempuan juga sangat memberi warna dalam kehidupannya. Dalam tata kenegaraan sudah banyak memberi bukti mereka para wanita memberi atmosfer baru dalam perpolitikan. Lebih jauh kedalam kita ingat bahwa “majunya sebuah negeri tergantung pada perempuan dan hancurnya sebuah negeri juga dari pengaruh perempuan” peran tersebut memang tidak terlihat secara langsung dan kasat mata, tetapi akan jauh lebih memberi warna dampak dan berdampak yang teramat dahsyat. Juga berjalan secara bertahap dan proses yang panjang. Dominasi peran laki-laki tidak serta menyurutkan spirit serta menyempitkan ruang gerak prempuan. Ada ruang yang memang tak tersentuh oleh laki-laki dan ini menjadi tugas khusus bagi wanita untuk mengolahnya seperti udara ia mengisi sela-sela kosong yang tak saja terlihat sederhana, namun apapun bentuknya menjadi sangat-sangat penting maknanya dalam perspektif waktu kedepan. Ia begitu melebur bagai udara dalam kehidupan bahkan tidak menutup kemungkinan ia denyut jantung kehidupan itu sendiri. Ia tak perlu melompat masuk ke dalam arus besar sejarah peradaban hanya untuk “ada dan dipertimbangkan” alam kereta kehidupan. Cukup langkah kecil namun menyentuh jantung waktu, ada satu, dua wanita yang muncul menjadi publik figur, namun itu bukanlah satu-satunya barometer dalam penilaian sukses tidaknya wanita. Ia lebih banyak berada dibelakang layar, namun memegang remote control panggung kehidupan.

PEREMPUAN DALAM SEJARAH
Apa yang kita lihat hari ini, merupakan hasil dari hari kemarin, begitulah seterusnya, berkembang bersama dengan zaman. Tidak ada yang stagnan kecuali ia bersiap untuk tersingkir dari panggung dunia. Sejak awal dunia, setiap zaman melahirkan tokoh-tokohnya. Lahir pula tokoh-tokoh wanita yang berpegaruh terlepas itu dipuja ataupun dihujat. Sejumlah nama yang menghiasi tinta sejarah ada Benazir Bhutto, Aun Sun Kyi (Myanmar) Siti Maryam (bunda Maria), Siti Khadidjah, Cleopatra, Madonna, Demi Moore. Dari negeri sendiri ada R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Megawati. Dari kalangan pewayangan ada tokoh Srikandi dan legenda yang panjang tentang sosok Ratu Pantai Selatan. Ada pertanyaan kecil dan konyol, mengapa yang berkuasa di pantai selatan adalah Ratu bukan Raja, mungkinkan ini salah satu bukti wanita lebih “berkuasa “ dari pada pria? Majapahit pernah melahirkan seorang putri yang menjadi Ratu dialah Putri Tri Bhuwana Tunggadewi.

EKSISTENSI
Berbagai upaya dilakukan untuk “menjadi” wanita tentunya dengan perspektif masing-masing, baik yang orang lain suka atau tidak.
Ada yang berpendapat bahwa menjadi wanita karir diluar rumah adalah kurang baik. Dan masih segudang pro dan kontra tentang berbagai masalah lain. Setiap pendapat boleh-boleh saja,yang terpenting adalah komitmen yang ditunjukan pada publik tentang pendapatnya itu dan tentu saja sebuah konsekuensi yang harus diterimanya. Ada yang menarik dilingkup kehidupan wanita, mereka memiliki apa yang disebut “beauty” yang memungkinkan menjadi magnet luar biasa bagi orang lain. Ada “kecantikan dalam “ dan “kecantikan luar” dua sisi yang saling berlomba-lomba muncul kepermukaan merebut perhatian sekaligus meninggalkan kesan. Menancapkan eksistensi di mata publik.
Eksistensi, itulah tikungan paling dekat yang ingin dicapai, tidak hanya bagi wanita, tapi juga bagi semua. Sangat kodrati bahwa semua mahkluk ingin keberadaannya diakui oleh mahkluk lain. Orang merasa tak ada , tak diakui dan ujung-ujungnya berlomba untuk “menjadi sesuatu” pada taraf tertentu proses ini menjadi stimulus untuk maju selain juga muncul naluri membunuh dan persaingan yang tak sehat. Dari sini bisa dikatakan bahwa eksistensi peran dan pengaruh perempuan tidak ditentukan dimana ia berada sebagai apa ia atau seberapa jauh ia dipandang didepan umum, tapi lebih kpada apa yang ia perbuat. Sebuah kenyataan mendasar bahwa tidak ada individu yang benar-benar sia-sia dan tidak ada yang benar-benar tidak ada.

                                                                                                                              Sidik Ihwani



1 komentar:

  1. Kenapa tidak di tulis dengan kalimat - kalimat yang lebih sederhana dan bisa di mengerti setiap orang kak????

    BalasHapus